Langsung ke konten utama

Postingan

Laporan Cuaca dan Kondisi Hati Terkini

Postingan terbaru

CERPEN "Mengejar Jarum Waktu - Putri Siti Reykhani"

Mengejar Jarum Waktu Penulis: Putri Siti Reykhani Kamis ini tepat hari ke-24 di langit Januari. Pergerakan matahari siang ini seolah lebih cepat dari biasanya. Betapa kejamnya jarum waktu mengiris resah yang menyapa malam tadi. Sesuatu yang bernama hati itu masih enggan memutuskan perkara yang sebenarnya tak begitu rumit. Hanya soal logika dan rasa yang menjadi sekat pemisah antara ruang tunggu dan penjemputan. Aku menyapukan pandangan pada sekitar area taman. Sunyi. Tak kudengar satupun suara di sekelilingku. Hanya suara celoteh cacing-cacing dalam perut berdemonstrasi menuntut keadilan yang tak kunjung tiba lewat jam makan siang. Asam lambungku sejauh ini masih normal. Tidak naik turun atas keinginannya sendiri. Kuatasi itu hari ini, tepat dalam rangka memprotes kebenaran yang terjadi di hidupku pada-Nya. Kali ini ponselku berunjuk rasa memperjuangkan haknya sebagai alat komunikasi. Satu-dua kali kuabaikan. Tiga-empat kali hanya kutatap sekilas lantas kulemparkan sembar

CERITA PENDEK

Biar Kuceritakan Bagaimana Janji Kukembalikan (Putri Siti Reykhani, Oktober 2019) Cuaca hari ini cukup cerah. Malam tadi bumi sudah mandi. Diguyur oleh air yang datangnya dari lautan lepas yang melewati beberapa proses hingga turun ke bumi. Kemudian para ilmuwan itu menemukan sebuah teori “terbentuknya hujan”.   Katakanlah malam tadi hujan. Begitu singkatnya. Mengapa harus berbelit-belit jika hanya dengan satu kalimat sudah mewakili sebuah kejadian? Benar, bukan? Lantas, mengapa harus repot-repot menjual janji jika pada akhirnya meninggalkan? “Lupakan saja.” Begitu katamu waktu itu. Jika ingatanku tepat dan perhitunganku tak meleset, kau mengucapkan kalimat itu tepat 24 hari yang lalu. Bertepatan dengan perayaan hari kehilangan. Benar, aku menjadi seseorang yang lagi-lagi merasakan itu. Kehilangan seolah menjadi hobi bagiku. Tidak. Jangan mengungkap apa yang tidak pernah ada dalam hatimu. Memangnya kau bilang apa? Perasaan? Jenis perasaan apa yang datang bersama janji, teta

SEPENGGAL CERITA WISUDA 10 OKTOBER 2018

Satu tahun sudah berlalu. Tepat tahun yang lalu di tanggal dan bulan yang sama. Selebrasi yang kata orang rasanya tidak begitu istimewa, atau tidak begitu bahagia seperti ketika gelar disandang setelah sidang skripsi selesai. Namun, bagiku itu hanya asumsi mereka. Bagiku, saat itu, hari itu, aku amat sangat ingin mengulangnya kembali. Pagi sekali bersiap mengenakan pakaian toga yang kunantikan dan kuperjuangkan empat tahun lamanya. Yang dengan itu suami istri di rumahku mengeluarkan banyak peluh dan menderaskan doa untukku. Pahit getir yang telah dilalui rasanya tak ada apa-apanya dengan menggandeng tangan mereka menuju gedung. Mereka masih menengok ke kanan dan kiri, menyapukan pandangan ke sekeliling, sambil sesekali bertanya pertanyaan yang sudah tahu jawabannya. “Ini kampusmu?” “Di sini kau berkuliah?” “Luas sekali. Luasnya seperti luas kampung halaman kita. Bahkan lebih.” Aku hanya tersenyum. Menelan ludah beberapa kali karena tak sanggup menjawab. Takut-takut jaw